Monday 1 April 2013

Sinyal Elektrokardiogram



Sinyal Elektrokardiogram

Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar kedalam jaringan disekeliling jantung dan sebagian kecil dari arus tersebut akan menyebar kepermukaaan tubuh yang lain. Bila pada permukaaan tubuh diletakkan elektroda-elektroda maka potensial listrik yang muncul dapat direkam. Rekaman ini disebut elektrokardiogram (electrocardiogram signal) dan lebih dikenal dengan nama sinyal EKG.
EKG adalah grafik hasil catatan potensial listrik yang dihasilkan oleh denyut jantung. Sinyal EKG terdiri atas :
1. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena otot atrium yang relatif tipis.
2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S.
3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat (repolarisasi)

Karakteristik Sinyal EKG
karakteristik sinyal EKG sangat penting dan dapat dilihat dari perilaku sinyal tersebut, kadang disebut juga dengan diagnostic features.
Bentuk Gelombang.
Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan.
Amplitudo atau Tegangan EKG
Besarnya tegangan–tegangan normal yang terdapat pada EKG bergantung pada cara pemasangan elektroda-elektroda pada permukaan tubuh dan jarak elektoda ke jantung. Bila salah satu elektroda dipasang langsung diatas jantung dan elektroda yang lain ditempatkan pada permukaan tubuh lain, tegangan kompleks QRS mungkin sebesar 3 sampai 4 millivolt. Tegangan ini pun masih kecil bila dibandingkan dengan potensial aksi monofasik sebesar 110 millivolt yang direkam langsung pada membran otot jantung. Bila EKG direkam dengan memasang elektroda pada kedua lengan atau pada satu lengan dan satu tungkai, tegangan kompleks QRS biasanya kurang lebih 1 milivolt, mulai dari puncak gelombang R sampai kedasar gelombang S; besarnya tegangan gelombang T antara 0,1 dan 0.3 volt dan tegangan gelombang P antara 0,2 dan 0,3 millivolt.
Durasi atau Interval Gelombang
a. Interval P-Q atau Interval P-R
Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS adalah interval waktu antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut sebagai interval P-Q. Interval P-Q normal adalah kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada.
b. Interval Q-T
Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat- sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah (sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi rendah (sekitar 0,05 – 100Hz).
Terbentuknya Sinyal EKG dan Biopetensial Jantung
Jantung terdiri dari 2 bagian besar otot halus, yaitu atrium dan ventrikel yang membentuk syncytium atau fusi dari sel-sel yang mengalirkan depolarisasi dari satu sel ke sel yang lain yang berdekatan. Disebabkan oleh kebocoran ion pada membran otot yang halus, jaringan jantung mengalami depolarisasi spontan dan secara efektif berosilasi. Simpul Sinoatrial(SA) berdenyut 70-80 tiap detik pada kondisi normal. Simpul Atrioventrikular(AV) berdenyut 40-60 per detik dan bundle branch berosilasi 15-40 per detik.Depolarisasi dari SA menyebar melalui atrium dan mencapai AV dalam 40 ms. Jaringan simpul AV membutuhkan waktu 110 ms untuk mendepolarisasi dan mencapai bundel branch, yang dinamakan sistem purkinje. Ventrikel berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-paru, dan ventrikel kiri mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui sistem sirkulasi. Periode kontraksi ini disebut systole.
Potensial aksi dari ventrikel bertahan sekitar 200-250 ms, ini menyebabkan ventrikel berkontraksi dan mengosongkan darah menuju arteri. Jantung berpolarisasi selama sisa waktu, ini dinamakan diastole. Selama diastole, saat jantung beristirahat, semua sel berpolarisasi sehingga potensial di dalam tiap sel lebih negatif dibandingkan dengan di luar sel. Normalnya depolarisasi pertama kali terjadi pada simpul SA, menyebabkan bagian luar dari jaringan lebih negatif dibanding di dalam sel, dan lebih negatif dari kondisi sebelumnya. Ketidakseimbangan dari arus ion, I menyebabkan tangan kiri (LA) terukur lebih positif dari tangan kanan (RA). Tegangan terukur disebut gelombang P(P-wave).
Setelah 90 ms, atrium terdepolarisasi sempurna dan arus ion yang terukur berkurang menjadi nol. Depolarisasi kemudian melawati simpul atrioventrikular menyebabkan delay sekitar 110 ms. Depolarisasi kemudian melalui otot ventrikel kanan, mendepolarisasinya dan membuat lebih negatif dari otot ventrikel kiri yang masih terpolarisasi. Arah dari I menyebabkan LA lebih positif dari RA , ini dinamakan gelombang R.
Bentuk lengkap dari gelombang pada Gambar disebut elektrokardiogram (EKG) dengan label P,Q,R,S dan T sebagai indikasi. Gelombang P terjadi dari depolarisasi atrium, sedangkan pola QRS terjadi karena depolarisasi dari ventrikel dengan amplitudo dari titik R mendekati 1mV. Gambar lengkap suatu sinyal EKG dapat dilihat pada gambar  diatas
Dengan melihat sinyal listrik yang terekam pada permukaan tubuh, yang kesemuanya prosedur noninvasif, seorang kardiolog dapat mengetahui kondisi fungsional dari jantung. Studi mengenai kardiologi berdasarkan rekaman EKG dari ribuan pasien selama bertahun-tahun dan pengamatan mengenai hubungan antara bermacam-macam bentuk gelombang dengan ketidaknormalan yang berbeda-beda. Kardiologi klinis merupakan ilmu empiris, sebagian besar merupakan pengetahuan eksperimental. Seorang kardiolog belajar mengenai arti berbagai bagian dari sinyal EKG dari ahli yang telah belajar dari ahli yang lain. Karena itu tidak didapatkan persamaan matematis yang dapat mengambarkan bentuk sinyal EKG dengan pendekatan yang baik
Jenis-jenis Noise EKG
Seperti halnya dengan sinyal biomedical yang lainnya, sinyal EKG juga dipengaruhi oleh beberapa sumber noise yang tidak diinginkan. Menurut Gari D. Clifford, beberapa sumber noise tersebut adalah[5]:

a. Muscle artefact (MA)
Noise ini berasal dari kontraksi yang terjadi dibawah elektroda EKG. Noise ini mempunyai bandwith yang hampir sama dengan sinya EKG sehingga sulit untuk dihilangkan dengan filter yang sederhana.
b. Electrode movement(EM)
Dihasilkan karena sedikitnya kontak antara elektroda EKG dengan kulit.
c. Baseline wander(BW)
Noise ini disebabkan oleh pergerakan subjek selama perekaman EKG.
II.1. Perekaman atau Penyandapan EKG
Dalam topik ini saya rasa anda semua sudah pernah mengalaminya saat anda masih dibangku kuliah, tapi bagi yang masih bingung atau sudah lupa akan saya berikan sedikit penyegaran kembali. Banyak sekali temen temen yang masih mengabaikan tata cara perekaman atau penyandapan EKG ini. Karena sekilas anda lihat dalam hasil perekaman EKG, baik yang tepat atau yang tidak tepat penempatan elektrodanya tidak jauh berbeda hasilnya (khususnya pada sandapan prekordial). Tapi tidak ada kata ampun bila anda melakukan kesalahan dalam penempatan elektroda pada sandapan bipolar lead atau unipolar ekstremitas, karena akan jelas sekali tampak pada hasil rekaman EKG nya


Sandapan/perekaman EKG dibagi menjadi 3 yaitu:

Sandapan Bipolar ----> lead I, lead II, Lead III
Sandapan Unipolar Ekstremitas ----> lead aVR, aVL, aVF
Sandapan Prekordial ----> lead V1, V2, V3, V4, V5, V6



A. Sandapan Bipolar

Sandapan bipolar merekam bioelektrikal jantung dari bidang frontal. Mengapa dinamakan sandapan bipolar? Karena sandapan bipolar hanya memerlukan 2 elektroda untuk merekam bioelektrikal pada jantung dimana kedua elektroda itu satu dinamakan elektroda negatif dan elektroda yang lain dinamakan elektroda positip(lihat gambar 13).

Lead I
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kanan, sedangkan positip elektroda dipasang di tangan kiri. Ingat!! positip elektroda pada lead I berada di tangan kiri !!

Lead II
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kanan, sedangkan positip elektroda dipasang di kaki kiri. Ingat!! positip elektroda pada lead II berada di kaki kiri !!

Lead III
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kiri, sedangkan positip elektroda dipasang di kaki kiri. Ingat !! positip elektroda pada lead III berada di kaki kiri !!


Jadi sandapan bipolar akan membentuk segitiga dengan persamaan sebagai berikut:
Lead II = lead I + lead III
segitiga ini sering disebut Einthovent Triangle (lihat gb 14)

Sandapan bipolar ini berguna mengidentifikasi apakah penempatan elektroda sudah tepat atau belum.













Gb :13














Gb : 14



B. Sandapan Unipolar Ekstremitas

Sandapan bipolar memiliki kekurangan yaitu apabila bioelekrikal jantung pada salah satu elektroda terlalu kecil, perbedaan potensial yang merekam bioelektikal ini tidak terukur oleh kedua elektroda tersebut. Maka dari itu seorang ilmuan yang bernama Goldbeger tahun 1942 memodifikasi mesin EKG dengan memutuskan hubungan dengan central terminal akan memperbesar voltase perekaman dari elektroda positip.

Jadi sepasang elektroda negatif diputuskan dengan central terminal, sehingga dihasilkan voltase defleksi yang lebih besar dibandingkan dengan sandapan bipolar.

aVR
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan menggunakan 3 elektroda , dimana salah satu elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektroda tidak bermuatan atau zero potensial.
Pada lead aVR elektroda positipnya ditempatkan di tangan kanan. Ingat !! positip elektroda di aVR terletak di tangan kanan !!

aVL
Lead ini merekam bioelektikal jantung dengan mengunakan 3 elektoda, dimana salah satu elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektoda yang lain tidak bermuatan atau zero potensial. Pada lead aVL elektroda positipnya ditempatkan di tangan kiri. Ingat !! positip elektroda di lead aVL terletak di tangan kiri !!

aVF
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan menggunakan 3 elektroda , dimana salah satu elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektroda tidak bermuatan atau zero potensial.
Pada lead aVF elektroda positipnya ditempatkan di kaki kiri. Ingat!! positip elektroda di aVF terletak di kaki kiri !!

Dari sandapan unipolar ekstremitas ini akan di dapatkan hubungan matematika yaitu persamaan lingkaran tertutup di bawah ini :
aVR + aVL + aVF = O (lihat gambar 15)













Gb : 15


C. Sandapan Unipolar Prekordial

Sandapan unipolar prekordial merekam bioelektrikal jantung dari bidang horizontal, dimana hanya menggunakan 6 single positip elektroda yang di tempatkan pada permukaan dada pada tempat-tempat yang telah ditentukan. (lihat gambar 16 &17)










Gb : 16















Gb : 17
Standar internasional dalam melakukan perekaman 12 lead EKG adalah kecepatan 25 mm/detik dan standarisasi 1 mVolt.

II.2. Kertas EKG
Untuk menghitung nilai-nilai normal pada tiap gelombang EKG, anda harus mengenal dulu ukuran dan macam-macam kotak yang terdapat dalam elektrokardiogram. Jangan berspekulasi untuk melanjutkan kursus ini sebelum anda menguasai betul ukuran dan macam-macam kotak pada kertas EKG, karena anda akan mengalami kebingungan dengan apa yang akan saya jelaskan pada topik berikutnya.

Kita sepakat dari sekarang dimana ada 2 macam kotak dalam EKG yaitu kotak kecil dengan ukuran 1 mm x 1 mm atau 0,04 detik x 0,04 detik. Yang kedua yaitu kotak sedang/besar dengan

ukuran 5 mm x 5 mm atau 0,20 detik x 0,20 detik. Ok....

Seperti yang telah saya jelaskan pada topik perekaman EKG 12 lead, dimana normal kecepatan mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik mewakili 25mm atau 25 kotak kecil dalam bidang horizontal.
Dengan standar voltase 1 mVolt, yang artinya dengan standarisasi 1 mVolt akan menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau 10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil sama dengan 0,1mVolt. (lihat gambar 18 & 19).

Jadi :
1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik = 0,1 mVolt
5 kotak kecil = 5 mm = 1 kotak besar/sedang = 0,20 detik = 0,5 mVolt
10 kotak kecil = 10 mm = 2 kotak besar/sedang = 0,40 detik = 1 mVolt
25 kotak kecil = 25 mm = 5 kotak besar/sedang = 1 detik
15 kotak besar/sedang = 3 detik
30 kotak besar/sedang = 6 detik



II.3. Konfigurasi Gelombang EKG
Sebelum melangkah lebih jauh dalam mempelajari EKG (elektrokardiografi), anda harus mengenal dan menghafal nilai normal tiap gelombang yang ada dalam EKG. Sekali lagi anda harus mengingatnya dan mengerti dari arti gelombang tersebut, sehingga dalam prakteknya anda tidak mengabaikan sekecil apapun bentuk kelainan saat anda menginterpretasi 12 lead EKG.

Ada beberapa gelombang yang wajib anda ketahui dan kuasai dengan baik bila anda ingin menjadi interpreter EKG yang handal. Gelombang EKG tersebut adalah Gelombang P, PR interval, komplek QRS, gelombang T, ST segment, QT interval, gelombang U. (Lihat gambar 20)

II.4. Aksis Jantung

Menghitung aksis jantung saat menginterpretasi EKG 12 lead adalah salah satu langkah yang harus dilakukan oleh interpreter untuk mendapatkan hasil interpertasi EKG yang akurat. Ada beberapa cara yang sederhana saat menentukan aksis jantung. Akan tetapi saya tidak ingin anda hanya sekedar mengerti tanpa memahaminya dengan benar dalam mempelajari aksis jantung, sehingga anda akan terus mengingatnya tanpa harus membuka-buka buku lagi.

Sesuai dengan topik elektrofisiologi jantung yang telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa jantung memiliki keunikan sendiri yaitu mempunyai beberapa tempat atau pusat pacemaker yaitu SA node, AV node or daerah junction, serta furkinje fiber. Dimana normal pacemaker jantung berada di SA node yang mengeluarkan impuls sebanyak 60-100 x menit.

Impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar keseluruh sel-sel otot kedua atrium melalui sistem konduksi jantung. Setelah semua sel-sel otot atrium didepolarisasi, impuls diteruskan untuk mendepolarisasi sel-sel otot ventrikel oleh sistem konduksi jantung melalui AV node, bundle his, sampai furkinje fiber. Jadi apa itu aksis jantung?

Saya akan memberikan perumpamaan untuk menjelaskan aksis jantung. Sebelum itu saya ingin menekankan bahwa ada istilah aksis jantung otot atrium yang ditentukan dengan melihat gelombang P, dan ada aksis jantung otot ventrikel yang ditentukan dengan melihat komplek QRS. Karena otot atrium komposisinya lebih kecil dari otot ventrikel, maka untuk mengevaluasi aksis jantung otot atrium kadang diabaikan. Jadi untuk menentukan aksis jantung, cukup dengan menentukan aksis jantung otot ventrikel dengan melihat komplek QRS.

Saya akan memberikan perumpamaan untuk menjelaskan aksis jantung. A adalah SA node, B,C,D adalah otot atrium jantung yang harus di depolarisasi oleh A ( SA node). Impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar keseluruh tubuh dimana elektroda EKG yang kita tempatkan diseluruh permukaan tubuh akan merekam aktivitas bioelektrikal yang dikeluarkan oleh SA node. Misalkan jarak antara A dengan B = 1 meter, A dengan C = 3 meter, A dengan C = 2 meter. Jadi rata rata jarak atau waktu yang di butuhkan A untuk mendepolarisasi BCD kemungkinan besar rata-rata akan mengarah ke C karena mempunyai jarak dan waktu lebih dibanding dengan BD.

Begitupun dengan otot ventrikel, impuls akan disebarkan keseluruh otot ventrikel dan seluruh tubuh yang nantinya akan terekam oleh elektroda EKG yang kita tempatkan di permukaan tubuh. Bagi elektroda yang menghasilkan hasil rekaman dengan amplitudo yang paling tinggi, menandakan aksis jantung mengarah ke elektrode tersebut.

Normalnya aksis jantung mengarah dari arah tangan kanan ke arah kaki kiri kira-kira 30-60 derajat (lihat Gb 24) karena otot ventrikel kiri lebih tebal dibandingkan otot jantung lainya. Adapun normal axis jantung antara -30 derajat s/d +110 derajat dibawah usia 40 thn, -30 derajat s/d +90 derajat diatas 40 thn.



(Gb: 24)



Apabila aksis jantung antara-30 s/d -90 derajat dinamakan left axis deviation (LAD), apabila +110 derajat s/d +180 derajat dinamakan Right axis deviation (RAD), apabila aksis jantung antara +180 derajat s/d +270 derajat atau -90 derajat s/d -180 derajat dinamakan extrem axis. (Lihat gb 25).




II.3. Konfigurasi Gelombang EKG

Sebelum melangkah lebih jauh dalam mempelajari EKG (elektrokardiografi), anda harus mengenal dan menghafal nilai normal tiap gelombang yang ada dalam EKG. Sekali lagi anda harus mengingatnya dan mengerti dari arti gelombang tersebut, sehingga dalam prakteknya anda tidak mengabaikan sekecil apapun bentuk kelainan saat anda menginterpretasi 12 lead EKG.


Ada beberapa gelombang yang wajib anda ketahui dan kuasai dengan baik bila anda ingin menjadi interpreter EKG yang handal. Gelombang EKG tersebut adalah Gelombang P, PR interval, komplek QRS, gelombang T, ST segment, QT interval, gelombang U.



(Gb : 20)

Gelombang P
Gelombang positip pertama kali muncul adalah gelombang P.
Menggambarkan depolarisasi dari otot kedua atrium (kanan & kiri).
Cara mengukur gel P adalah dihitung mulai dari awal gelombang P sampai dengan akhir gel P.
Nilai normal gel P tinggi tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil) dan lebarnya juga tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil).
Tinggi gel P melebihi 2,5 mm (P pulmonal), mengidentifikasikan adanya pembesaran di otot atrium kanan.
Lebar melebihi 2,5 mm( P mitral), mengidntifikasikan adanya pembesaran pada otot atrium kiri.
Gelombang P harus positip di lead II dan harus negatif di lead aVR.


PR Interval

PR interval adalah mewakili waktu yang dibutuhkan oleh SA node untuk mendepolarisasi otot atrium, sampai AV node dan Bundle his.
PR interval di ukur mulai dari permulaan gel P sampai dengan awal komplek QRS.
Normal PR interval yaitu 3 mm - 5 mm ( 3 kotak kecil - 5 kotak kecil) atau 0,12 detik sampai 0,20 detik.
Apabila PR interval melebihi 0,20 detik atau 5 kotak kecil, mengidentifikasikan adanya AV blok.
Apabila PR interval kurang dari 0,12 detik atau 3 kotak kecil, mengidentifiksikan adanya accelerated pacemaker (seprti kasus WPW syndrome= wolff parkinson white syndrome).


Komplek QRS

Komplek QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R, gelombang S.
Komplek QRS menggambarkan depolarisasi otot ventrikel.
Gelombang Q adalah gel negatif pertama setelah gel P, gel Q mewakili depolarisasi otot septum ventikel, normal gel Q tidak boleh melebihi 1/3 gelombang R, apabila gel Q melebihi 1/3 gel R mengidentifikasikan adanya infark.
Pada lead (V1,V2,V3) apabila ditemukan gelombang Q, ini mengindikasikan abnormal EKG, biasanya di temukan pada kasus MI atau gangguan konduksi seperti LBBB.
Gelombang Q normal ditemukan pada lead V5 & V6, apabila tidak ditemukan gel Q pada lead ini, kemungkinan besar adanya LBBB.
Gelombang R adalah gelombang positip pertama setelah gel Q.
Gelombang R pada V1 sampai dengan V6 mengalami penambahan voltage, apabila gelombang R dari V1 sampai dengan V6 tidak mengalami penambahan maka dinamakan "poor progression"
Gelombang S adalah gelombang negatif kedua setelah gelombang R.
Gelombang S dari V1 sampai dengan V2 voltasenya akan menurun, apabila di temukan gelombang S pada V5 atau V6 dengan kedalaman lebih dari 5 mm, maka besar kemungkinan adanya RBBB.
Pada precordial lead(V1 s/d v6) terdapat transition zone, yaitu normalnya terletak pada lead V3 or V4.( lihat gambar 21)
Komplek QRS diukur muali dari awal Komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir gel S.
Normal komplek QRS tidak boleh melebihi 0,10 detik, apabila melebihinya mengidentifikasikan adanya gangguan konduksi pada intraventrikuler ( seperti LBBB, RBBB, LAHB,LPHB).
Apapun bentuk konfigurasi yang terlihat di gambar 21 adalah semua sama menggambarkan depolarisasi otot ventrikel.


Gelombang T

Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel.
Gelombang positip pertama setelah gelombang S.
Normal gelombang T, selalu mengikuti arah komplek QRS, selalu negatif pada lead aVR, tinggi tidak melebihi 5 mm pada ekstermitas lead( I, II, III, aVR, aVL, aVF) dan tidak melebihi 10 mm pada precordial lead (V1 s/d V6).
Gelombang T yang tinggi biasanya seing ditemukan pada kasus hiperkalemia.
Sedangkan gelombang T yang datar atau terbalik atau inverted biasanya sering di temui pada kasus penyakit jantung iskemic,
QT Interval
QT interval adalah waktu yang diperlukan untuk mendepolarisasi otot venrikel sampai dengan mengadakan repolarisasi kembali.
QT interval diukur dari permulaan komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir gelombang T.
Normal QT interval antara 0,38 detik sampai dengan 0,46 deik. Biasanya QT interval pada wanita lebih panjang dari laki-laki.
QT interval memanjang biasanya ditemukan pada kasus hipokalsemia or obat-obatan
QT interval memendek biasanya di temukan pada kasus takikardia dan hiperkalsemia.
Apabila anda menemukan EKG dengan QT interval yang memanjang disertai dengan keluhan pasien, kalau tidak diobati dengan cepat biasana EKG akan berubah menjadi ventrikel fibrilasi atau ventikel takikardi dan kematian nantinya.

ST Segmen
ST segmen adalah garis zero line atau isoelektrik antara akhir gel S sampai awal gelombang T, atau tepatnya di mulai dari titik "J" atau junctinal point sampai awal dimulanya gelombang T.
Titik J junctional adalah titik berakhirnya gelombang S.
Normal ST segmen tidak boleh melebihi +2 mm dari zero line/ garis isoelektrik, tidak melebihi -1 mm dari zero line atau garis isoelektrik.
Apabila ST segmen melebihi + 2mm dari garis isoelektrik, kemungkinan besar dinamakan ST elevasi pada kasus MI (myocardiac infarction) atau pada normal EKG dinamakan early repolarization.
Apabila ST segmen melebihi -1mm dari garis isoelektrik, dinamakan ST depresi. Biasanya ditemukan pada kasus jantung iskemia.
Pada prakteknya,tergantung kejelian kita. Karena kriteria ST elevasi maupun ST depressi tidak selamanya sesuai dengan kriterianya.

II.4. Aksis Jantung
Menghitung aksis jantung saat menginterpretasi EKG 12 lead adalah salah satu langkah yang harus dilakukan oleh interpreter untuk mendapatkan hasil interpertasi EKG yang akurat. Ada beberapa cara yang sederhana saat menentukan aksis jantung. Akan tetapi saya tidak ingin anda hanya sekedar mengerti tanpa memahaminya dengan benar dalam mempelajari aksis jantung, sehingga anda akan terus mengingatnya tanpa harus membuka-buka buku lagi. Ok....

Sesuai dengan topik elektrofisiologi jantung yang telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa jantung memiliki keunikan sendiri yaitu mempunyai beberapa tempat atau pusat pacemaker yaitu SA node, AV node or daerah junction, serta furkinje fiber. Dimana normal pacemaker jantung berada di SA node yang mengeluarkan impuls sebanyak 60-100 x menit.

Impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar keseluruh sel-sel otot kedua atrium melalui sistem konduksi jantung. Setelah semua sel-sel otot atrium didepolarisasi, impuls diteruskan untuk mendepolarisasi sel-sel otot ventrikel oleh sistem konduksi jantung melalui AV node, bundle his, sampai furkinje fiber. Jadi apa itu aksis jantung?

Saya akan memberikan perumpamaan untuk menjelaskan aksis jantung. Sebelum itu saya ingin menekankan bahwa ada istilah aksis jantung otot atrium yang ditentukan dengan melihat gelombang P, dan ada aksis jantung otot ventrikel yang ditentukan dengan melihat komplek QRS. Karena otot atrium komposisinya lebih kecil dari otot ventrikel, maka untuk mengevaluasi aksis jantung otot atrium kadang diabaikan. Jadi untuk menentukan aksis jantung, cukup dengan menentukan aksis jantung otot ventrikel dengan melihat komplek QRS.

Saya akan memberikan perumpamaan untuk menjelaskan aksis jantung. A adalah SA node, B,C,D adalah otot atrium jantung yang harus di depolarisasi oleh A ( SA node). Impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar keseluruh tubuh dimana elektroda EKG yang kita tempatkan diseluruh permukaan tubuh akan merekam aktivitas bioelektrikal yang dikeluarkan oleh SA node. Misalkan jarak antara A dengan B = 1 meter, A dengan C = 3 meter, A dengan C = 2 meter. Jadi rata rata jarak atau waktu yang di butuhkan A untuk mendepolarisasi BCD kemungkinan besar rata-rata akan mengarah ke C karena mempunyai jarak dan waktu lebih dibanding dengan BD.

Begitupun dengan otot ventrikel, impuls akan disebarkan keseluruh otot ventrikel dan seluruh tubuh yang nantinya akan terekam oleh elektroda EKG yang kita tempatkan di permukaan tubuh. Bagi elektroda yang menghasilkan hasil rekaman dengan amplitudo yang paling tinggi, menandakan aksis jantung mengarah ke elektrode tersebut.

Normalnya aksis jantung mengarah dari arah tangan kanan ke arah kaki kiri kira-kira 30-60 derajat (lihat Gb 24) karena otot ventrikel kiri lebih tebal dibandingkan otot jantung lainya. Adapun normal axis jantung antara -30 derajat s/d +110 derajat dibawah usia 40 thn, -30 derajat s/d +90 derajat diatas 40 thn.



Apabila aksis jantung antara-30 s/d -90 derajat dinamakan left axis deviation (LAD), apabila +110 derajat s/d +180 derajat dinamakan Right axis deviation (RAD), apabila aksis jantung antara +180 derajat s/d +270 derajat atau -90 derajat s/d -180 derajat dinamakan extrem axis. 


Apabila terjadi kelainan atau penyakit pada SA node, maka pacemaker utama kedua yaitu AV node akan mengambil alih fungsi utama sebagai generator atau pembangkit impuls menggantikan SA node dengan impuls yang di keluarkan antara 40-60x/menit. Walaupun secara keseluruhan hemodinamik relatif normal akan tetapi keadaan seperti ini harus cepat diidentifikasi penyebab gagalnya SA node sebagi generator utama. Karena impuls dikeluarkan oleh AV node, maka sel-sel otot atrium akan didepolarisasi secara retrograf sehingga akan nampak jelas sekali perbedaan pada gambaran EKG khususnya gelombang P.

Cara menghitung atau menentukan aksis jantung :

Ada beberapa cara di bawah ini dalam menentukan aksis jantung, ada juga yang mengatakan kalau aksis jantung juga bisa di tentukan melalui bidang horizontal. Tapi baiknya saya sarankan untuk menghitung melalui bidang frontal yaitu dengan menggunakan lead I, II, III, aVR, aVF, aVL seperti penjelasan saya sebagai berikut :
1. Anda lihat lead I dan aVF ---> kalau kedua lead ini dominan menggambarkan positip defleksi, anda jangan ragu untuk mengatakan normal aksis karena masih dalam daerah normal aksis.

2. Kalau anda menemukan salah satu dari lead I atau aVF negatif, maka gunakan cara ini.
Misalkan lead aVF defleksi pasitip 5 mm (5 kotak kecil= 1 kotak besar))dan defleksi negatif
10 mm( 10 kotak kecil) jadi di lead aVF dominasinya defleksi negatif ---> (-10mm )- (+5 mm) = -5mm, sedangkan di lead I misalkan defleksi positip 11mm (11 kotak kecil) dan defleksi negatif 2 mm (2 kotak kecil). Jadi di lead I dominasinya defleksi positip ---> (+11mm) - (-2mm) =
+ 9mm. Lihat gambar 14, anda tinggal hitung 5mm kearah negatif lead aVF, dan 9 mm kearah positip lead I. Setelah itu tentukan titik pertemuan kedua lead tersebut, kemudian hubungkan titik pertemuan itu dengan titik pusat.
3. Cari lead yang mempunyai amplitude yang paling besar ( baik positip maupun negatif). Misalkan amplitudo terbesar ditemukan di lead I dengan dominan defleksi positip, maka aksis jantungnya adalah O degree(Normal aksis). Misalkan amplitude terbesar di temukan di lead III dengan dominan defleksi negatif, maka aksis jantungnya berlawanan arah dengan negatif lead III yaitu kearah lead III positip sebesar +120 derajat ( RAD)

4. Cari lead yang bifasik atau yang mendekati bifasik defleksi (50:50) baik kearah positif maupun ke arah negatif defleksi. Misalkan anda menemukan lead yang bifasik berada di lead aVF, selanjutnya anda cari lead yang tegak lurus dengan lead aVF (yaitu lead I). Perhatikan lead I, ke arah mana defleksinya? (negatif atau positip) bila lead I defleksinya dominan positip, maka aksisnya ke arah positip lead I (yaitu O derajat or normal aksis), bila sebaliknya lead I dominan negatif, maka aksisnya ke arah negatif lead I ( yaitu -180 derajat or RAD).



(Gb : 25)


Apabila terjadi kelainan atau penyakit pada SA node, maka pacemaker utama kedua yaitu AV node akan mengambil alih fungsi utama sebagai generator atau pembangkit impuls menggantikan SA node dengan impuls yang di keluarkan antara 40-60x/menit. Walaupun secara keseluruhan hemodinamik relatif normal akan tetapi keadaan seperti ini harus cepat diidentifikasi penyebab gagalnya SA node sebagi generator utama. Karena impuls dikeluarkan oleh AV node, maka sel-sel otot atrium akan didepolarisasi secara retrograf sehingga akan nampak jelas sekali perbedaan pada gambaran EKG khususnya gelombang P.

Cara menghitung atau menentukan aksis jantung :

Ada beberapa cara di bawah ini dalam menentukan aksis jantung, ada juga yang mengatakan kalau aksis jantung juga bisa di tentukan melalui bidang horizontal. Tapi baiknya saya sarankan untuk menghitung melalui bidang frontal yaitu dengan menggunakan lead I, II, III, aVR, aVF, aVL seperti penjelasan saya sebagai berikut : (sambil lihat gb 24 ya)

1. Anda lihat lead I dan aVF ---> kalau kedua lead ini dominan menggambarkan positip defleksi, anda jangan ragu untuk mengatakan normal aksis karena masih dalam daerah normal aksis.

2. Kalau anda menemukan salah satu dari lead I atau aVF negatif, maka gunakan cara ini.
Misalkan lead aVF defleksi pasitip 5 mm (5 kotak kecil= 1 kotak besar))dan defleksi negatif
10 mm( 10 kotak kecil) jadi di lead aVF dominasinya defleksi negatif ---> (-10mm )- (+5 mm) = -5mm, sedangkan di lead I misalkan defleksi positip 11mm (11 kotak kecil) dan defleksi negatif 2 mm (2 kotak kecil). Jadi di lead I dominasinya defleksi positip ---> (+11mm) - (-2mm) =
+ 9mm. Lihat gambar 14, anda tinggal hitung 5mm kearah negatif lead aVF, dan 9 mm kearah positip lead I. Setelah itu tentukan titik pertemuan kedua lead tersebut, kemudian hubungkan titik pertemuan itu dengan titik pusat. Nah segitulah aksisnya....

3. Cari lead yang mempunyai amplitude yang paling besar ( baik positip maupun negatif). Misalkan amplitudo terbesar ditemukan di lead I dengan dominan defleksi positip, maka aksis jantungnya adalah O degree(Normal aksis). Misalkan amplitude terbesar di temukan di lead III dengan dominan defleksi negatif, maka aksis jantungnya berlawanan arah dengan negatif lead III yaitu kearah lead III positip sebesar +120 derajat ( RAD)

4. Cari lead yang bifasik atau yang mendekati bifasik defleksi (50:50) baik kearah positif maupun ke arah negatif defleksi. Misalkan anda menemukan lead yang bifasik berada di lead aVF, selanjutnya anda cari lead yang tegak lurus dengan lead aVF (yaitu lead I). Perhatikan lead I, ke arah mana defleksinya? (negatif atau positip) bila lead I defleksinya dominan positip, maka aksisnya ke arah positip lead I (yaitu O derajat or normal aksis), bila sebaliknya lead I dominan negatif, maka aksisnya ke arah negatif lead I ( yaitu -180 derajat or RAD).
(baca kursus EKG bagian III)

SINYAL BIOPOTENSIAL JANTUNG



SINYAL BIOPOTENSIAL JANTUNG

Jantung merupakan organ tubuh yang tersusun dari serabut otot yang membentuk empat ruangan, seperti terlihat dalam Gambar 6. Ruangan yang atas disebut atrium (kanan dan kiri) dan yang bawah disebut ventrikel (kanan dan kiri). Diantara atrium dan ventrikel terdapat katup (valve) yaitu trikuspid dan Mitral. Katup tersebut dapat dilewati darah hanya dalam satu arah saja yaitu dari atrium ke ventrikel. Atrium kanan berhubungan dengan vena cava (superior dan inferior) dan berfungsi menampung darah dari seluruh tubuh. Atrium kiri berhubungan dengan pulmonary vein dan berfungsi menampung darah dari paru-paru. Ventrikel kanan berhubungan dengan pulmonary artery melalui pulmonary valve, berfungsi menampung darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru. Ventrikel kiri terhubung ke aorta melalui aortic valve, berfungsi menampung darah dari atrium kiri dan memompakannya ke seluruh tubuh.



SIKLUS KERJA JANTUNG
Jantung berfungsi memompa darah ke paru-paru dan ke seluruh tubuh. Cara jantung memompa darah adalah dengan melakukan kontraksi secara bergantian antara atrium dan ventrikel, dengan irama yang teratur dan terus menerus sepanjang hidup. Bekerjanya jantung didukung oleh dua sistem yang ada dalam jantung yaitu sistem kontraksi dan sistem konduksi.
Sistem konduksi diperlihatkan dalam Gambar 7 dan berfungsi mengatur kerja jantung melalui sistem kontraksi. Cara pengaturan kerja jantung dapat diuraikan sebagai berikut. Simpul SA membangkitkan impuls dengan rate normal sekitar 70 bpm (beat per menit). Impuls ini melalui bachmann’s bundle disebarkan ke seluruh dinding atrium, sehingga membuat sel-sel dalam dinding atrium mengalami depolarisasi. Depolarisasi pada atrium ini kemudian diikuti oleh kontraksi atrium.

Dari atrium, impuls diteruskan ke Simpul AV melalui internodal fiber. Di dalam Simpul AV, impuls mengalami penundaan sekitar 100 ms yang fungsinya memberikan waktu kepada atrium untuk menyelesaikan kontraksinya sebelum ventrikel mulai berkontraksi. Dari Simpul AV, impuls diteruskan ke Bundle of His, ke Left dan Right Bundle branches, dan menyebar ke seluruh dinding ventrikel melalui Purkinje fibers. Menyebarnya impuls ke seluruh dinding ventrikel membuat ventrikel mengalami depolarisasi yang kemudian diikuti dengan kontraksi ventrikel. Setelah itu proses berulang kembali dimulai dari Simpul SA.

DEPOLARISASI SPONTAN

Dari proses kerja jantung tersebut terlihat bahwa Simpul SA membangkitkan impuls-impuls dengan ritme yang teratur. Simpul SA dapat membangkitkan impuls karena sel-selnya mempunyai otomatisitas. Otomatisitas ini terjadi karena sel-sel tersebut mempunyai potensial istirahat yang nilainya kurang negatif, yaitu antara -60 mV sampai -70 mV. Potensial membran yang kurang negatif ini membuat penutupan yang tidak penuh pada kanal sodium terpicu-tegangan. Akibat penutupan yang tidak penuh ini ion sodium masih dapat masuk ke dalam membran sel melalui kanal ini, yang membuat potensial istirahat membran (yaitu fase 4 depolarisasi) tidak konstan. Potensial ini menjadi semakin kurang negatif (potensial membran naik menuju nol), 

   MDP (maximum negative diastolik potential) – potensial diastolik negatif maksimum, TP (threshold potential) – potensial ambang
Semakin kurang negatifnya potensial membran membuat konduktivitas membran terhadap ion sodium menjadi semakin tinggi sehingga aliran ion sodium ke dalam sel menjadi semakin cepat hingga dicapai potensial ambang (trheshold), yaitu sekitar -40 mV. Bila sel-sel dalam Simpul SA telah mencapai potensial ambang maka kanal kalsium-sodium terpicu-tegangan terbuka dan terjadilah proses depolarisasi yang disebut dengan depolarisasi spontan. Depolarisasi spontan inilah yang membangkitkan impuls potensial aksi yang selanjutnya dihantarkan ke atrium maupun ke ventrikel.
Disamping Simpul SA, masih ada beberapa bagian lain dalam sistem konduksi yang sel-selnya juga mempunyai kemampuan melakukan depolarisasi spontan. Bagian-bagian itu adalah Simpul AV, Bundle of His, Bundle branches, dan Purkinje fibers. Perbedaannya dengan sel di Simpul SA adalah rate impuls yang dibangkitkan lebih rendah dibandingkan rate yang dibangkitkan Simpul SA. Rate yang dibangkitkan Simpul SA berkisar antara 60 sampai 100 bpm, sedang yang dibangkitkan di tempat lain dalam sistem konduksi adalah antara 50 dan 60 bpm di Simpul AV, Bundle of His, Bundle branches, dan antara 30 dan 40 bpm di Purkinje fibers.

PEMACU ASLI (NATIVE PACEMAKER) DAN PEMACU TERSEMBUNYI (LATENT 
PACEMAKER)

Bagian-bagian dalam sistem konduksi yang sel-selnya mempunyai kemampuan melakukan depolarisasi spontan disebut sebagai pemacu (pacemaker). Dari uraian sebelumnya terlihat bahwa ada lebih dari satu pemacu dalam sistem konduksi. Akan tetapi, walaupun ada lebih dari satu pemacu, dalam kondisi normal hanya ada satu pemacu yang bekerja. Hal ini dimungkinkan oleh adanya perbedaan rate pada masing-masing pemacu. Rate dari Simpul SA yang lebih cepat dari rate yang dibangkitkan di tempat lain dalam sistem konduksi akan membuat sel-sel dalam sistem konduksi menerima rangsangan impuls dari Simpul SA lebih dulu sebelum sel-sel tersebut sempat melakukan depolarisasi spontan. Dengan demikian, pada kondisi normal, rate dari semua bagian dalam sistem konduksi selalu mengikuti rate dari Simpul SA. Oleh karena itu Simpul SA ini disebut sebagai pemacu asli (native pacemaker).
Pada kondisi tidak normal, ada kemungkinan sistem konduksi tidak dapat menerima impuls dari Simpul SA. Penyebabnya dapat karena Simpul SA memang tidak membangkitkan impuls, ataupun karena terjadi hambatan pada sistem konduksi sehingga impuls dari Simpul SA tidak sampai ke Simpul AV. Jika Simpul AV tidak menerima impuls dari Simpul SA maka sel-selnya dapat melakukan depolarisasi spontan. Dengan demikian, pada kondisi tidak normal ini fungsi Simpul SA sebagai pemacu telah diambil alih oleh Simpul AV. Bila misalnya ternyata Simpul AV ini juga mengalami kegagalan, maka fungsi pemacu akan diambil alih oleh pemacu di bawahnya, begitu seterusnya. Mekanisme ini merupakan pengamanan, agar jantung dapat tetap berdenyut walaupun terjadi gangguan pembangkitan impuls pada Simpul SA. Pemacu-pemacu yang bekerja hanya jika terjadi kondisi tidak normal ini disebut sebagai pemacu tersembunyi (latent pacemaker).

SIKLUS JANTUNG (CARDIAC CYCLE)

Aktivitas jantung yang dimulai dari keadaan istirahat, kemudian kontraksi atrium, disusul kontraksi ventrikel, dan kembali istirahat merupakan suatu siklus yang berulang terus menerus sepanjang hidup. Aktivitas kelistrikan yang mengatur siklus kerja jantung ini dapat direkam dengan menggunakan alat yang disebut elektrokardiograf, dan hasil rekamannya disebut elektrokardiogram yang disingkat EKG atau ECG. Gambar 9 memperlihatkan sebuah contoh rekaman EKG selama satu siklus jantung.


Dalam rekaman EKG, satu siklus jantung terdiri atas beberapa gelombang, yaitu gelombang-gelombang P, Q, R, S, T, dan U. Gelombang-gelombang tersebut berhubungan dengan aktivitas listrik yang terjadi di dalam jantung, yang dalam  Gambar 9 ditunjukkan oleh warna yang sama antara Gambar 9.(a) dan Gambar 9.(b). Gelombang P ditimbulkan oleh depolarisasi atrium; gelombang Q, R, dan S yang bersama-sama membentuk kompleks QRS ditimbulkan oleh depolarisasi ventrikel; dan gelombang T ditimbulkan oleh repolarisasi ventrikel. Gelombang U kemungkinan ditimbulkan oleh repolarisasi serabut Purkinje.
Video Animasi Sinyal Biopotensial Jantung

Penentuan Golongan Darah dengan Sistem Elektronik

Penentuan Golongan Darah dengan Sistem Elektronik
Pengelolaan darah sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium klinik yang bertujuan untuk mengidentifikasikan jenis golongan darah. Salah satu cara  untuk menentukan jenis golongan darah manusia adalah dengan menggunakan sistem A, B, dan O. Secara manual, cara penentuan golongan darah manusia adalah dengan cara memberikan antisera pada sampel darah dan membandingkannya dengan sampel darah lain. Hal ini tentu akan menjadi rumit dan memerlukan perhatian ekstra apabila sampel darah yang hendak diuji jumlahnya cukup banyak. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan alat bantu elektronik yang dapat membaca dan menentukan jenis golongan darah manusia dengan sensitifitas dan tingkat keakuratan yang tinggi serta tampilan digital agar mudah dalam pembacaan dan pendataan. Dengan latar belakang tersebut, maka salah satu bentuk pengembangan peralatan elektronik dalam bidang kedokteran (instrumentasi medis), yaitu “ PENENTUAN GOLONGAN DARAH MANUSIA DENGAN SISTEM ELEKTRONIK”.

Adapun cara kerja dari diagram blok “Penentuan Golongan Darah Manusia Dengan Sistem Elektronik” adalah sebagai berikut : Alat uji golongan darah adalah alat elektronik yang digunakan untuk menguji golongan darah manusia, apakah golongan darahnya A, B, O, atau AB. Sebelum sampel darah hendak diuji, operator harus mencampurkan reagen Anti A dan reagen Anti B pada dua titik darah di kaca prefarat, sehingga ada atau tidaknya proses aglutinasi (proses penggumpalan sel darah merah oleh reagen/serum) dapat di deteksi dengan menggunakan sensor, yaitu led dan photo transistor. Keluaran dari photo transistor tersebut sinyalnya masih terlalu lemah untuk di pakai, maka diperlukan sebuah penguat operasional untuk mengguatkan sinyal yang masih lemah tersebut, sehingga mampu untuk menggerakkan rangkaian dibelakangnya. Tegangan dari sensor setelah dikuatkan oleh penguat operasional, kemudian dibandingkan dengan tegangan referensi oleh rangkaian pembanding tegangan (comparator) sehingga keluarannya merupakan keadaan rendah atau keadaan tinggi. Dalam hal ini, keadaan rendah di anggap sebagai logika 0, dan keadaan tinggi di anggap sebagai logika 1. Dapat di tarik kesimpulan bahwa keluaran dari comparator adalah merupakan keluaran digital. Selanjutnya keluaran dari comparator dimasukkan ke rangkaian pemicu schmitt (schmitt trigger). Fungsi dari rangkaian ini adalah untuk memperbaiki tegangan dari comparator agar tidak terpengaruh oleh derau atau noise, sehingga benar-benar merupakan sinyal digital. Keluaran dari schmitt trigger yang sudah merupakan sinyal digital, dimasukkan ke rangkaian dekoder (decoders) untuk di proses, dan selanjutnya akan ditampilkan hasilnya pada penampil (display) hasil golongan darahnya. Dalam hal ini untuk penampil menggunakan led. Sebuah motor stepper dan sebuah piringan putar diperlukan untuk meletakkan sampel darah dan menempatkannya tepat pada uji area (antara led dengan photo transistor). Sebuah rangkaian pengendali diperlukan untuk mengatur kerja dari keseluruhan sistem. Rangkaian ini mengatur urut-urutan kerja dari tiap-tiap blok rangkaian, kapan harus mengerakkan motor stepper, mengaktifkan dekoder, dan menampilkan hasilnya pada penampil.

Penentuan Golongan Darah Manusia Secara Manual
Pengujian darah manusia secara manual dilakukan dengan metode slide (metode sel) dengan menggunakan antisera A (berwarna biru) dan antisera B (berwarna kuning). Adapun cara kerja penentuan golongan darah manusia dengan cara manual adalah sebagai berikut. Sampel darah diletakkan pada dua titik darah darah (titik 1 dan titik 2) pada kaca prefarat, kemudian teteskan antisera A pada titik 1 dan antisera B pada titik 2. Aduk kedua titik sampel darah dengan menggunakan pengaduk, agar proses aglutinasi dapat lebih cepat terjadi. Tunggu beberapa saat agar terjadi reaksi kimia, kemudian lihat pada kedua titik itu apakah ada atau tidak proses aglutinasi. Jika ada proses aglutinasi maka di beri tanda + (positif), dan jika tidak ada proses aglutinasi di beri tanda – (negatif).

Penentuan Golongan Darah Manusia Secara Elektronik
Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut. Teteskan sampel darah yang hendak di uji pada dua titik darah pada kaca prefarat, kemudian teteskan antisera A pada titik 1 dan antisera B pada titik 2. Langkah selanjutnya, letakkan kaca prefarat di atas piringan putar. Tunggu beberapa saat sampai sampel darah tepat di atas sensor darah, kemudian lihat hasilnya pada penampil led. Tampilan dari penampil adalah jenis golongan darah yang sedang di uji, apakah golongan darahnya A, B, O, atau AB.
Bagian utama dari perangkat ini adalah sensor darah, yang meliputi led dan photo transistor. Adapun analisis penentuan golongan darah secara elektronik adalah sebagai berikut. Sepasang led dan photo transistor diperlukan untuk mendeteksi proses aglutinasi pada dua titik darah pada sampel uji. Led memancarkan cahaya yang akan menembus sampel darah, dan sebuah photo transistor diperlukan untuk menerima cahaya dari led yang telah menembus sampel darah. Dalam hal ini cahaya yang digunakan adalah cahaya inframerah, sehingga led yang digunakan adalah jenis led yang dapat memancarkan cahaya infra merah dan photo transistor yang digunakan adalah photo transistor yang hanya dapat menerima cahaya infra merah saja. Penggunaan cahaya inframerah bertujuan agar sistem (dalam hal ini sensor) Besarnya intensitas cahaya pada 2 titik sampel darah akan berbeda-beda, tergantung pada ada tidaknya proses aglutinasi. Jika pada salah satu titik sampel darah tidak ada proses aglutinasi, maka intensitas cahaya yang di terima oleh photo transistor akan berkurang dan menyebabkan tegangan keluaran sensor menjadi rendah. Jika pada titik sampel darah yang lain ada proses aglutinasi, maka intensitas cahaya yang di terima photo transistor akan bertambah dan menyebabkan tegangan keluaran sensor menjadi bertambah.

SISTEM KELISTRIKAN PADA JANTUNG


SISTEM KELISTRIKAN PADA JANTUNG

        Jantung dapat digambarkan sebagai 2 pompa. 1 pompa (sisi kanan) mengirim darah ke paru-paru Anda menjadi beroksigen dan untuk menghilangkan produk-produk limbah (CO2) dan pompa lainnya (kiri) mengirimkan darah ke seluruh sirkulasi sistemik untuk mengoksidasi semua sel di dalam tubuh. Jantung berat antara 7 dan 15 ons (200-425 gram) dan sedikit lebih besar dari ukuran kepalan tangan, terletak antara paru-paru Anda di tengah-tengah dada, di belakang dan sedikit ke kiri dari tulang dada (sternum ).

Jantung memiliki 4 ruang. Dua ruang atas disebut atrium kiri dan kanan, dan dua kamar bawah disebut ventrikel kiri dan kanan. The septum (dinding otot) memisahkan atrium kiri dan kanan dan ventrikel kiri dan kanan. Ventrikel kiri dikenal sebagai terbesar dan terkuat ruang dalam hatimu dengan cukup kuat untuk mendorong darah melalui katup aorta dan masuk ke tubuh Anda.
        Ruang jantung memiliki katup yang membantu dalam transportasi aliran darah melalui jantung, ini adalah:

* Trikuspid katup yang mengatur aliran darah antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
* Katup paru-paru mengontrol aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri paru-paru, yang terdeoksigenasi membawa darah ke paru-paru oksigen.
* Mitral, atau gigi seri katup memungkinkan oksigen darah dari paru-paru Anda lulus dari atrium kiri ke * ventrikel kiri.
*Katup aorta membuka jalan bagi darah oksigen untuk lulus dari ventrikel kiri ke aorta, tubuh Anda arteri terbesar, dari sini darah didistribusikan ke seluruh tubuh Anda.
        Electrical System
Sistem listrik dalam hati Anda mengontrol kecepatan detak jantung Anda. Hati Anda memiliki tiga komponen utama pada sistem, ini terdiri dari:

1. S-Sebuah simpul (node sinoatrial)
2. A-V node (atrioventrikular node)
3. Sistem Purkinje
SA node, juga disebut "alat pacu jantung alami", dari hati Anda, karena ia mengendalikan detak jantung Anda. SA node ini terbuat dari sel-sel khusus yang terletak di atrium kanan jantung. Nodus SA menciptakan listrik yang membuat jantung anda berdetak. Nodus SA biasanya menghasilkan sinyal listrik 60-100 per menit - ini adalah detak jantung Anda.
        AV node seikat sel antara atrium dan ventrikel. Sinyal listrik yang dihasilkan oleh SA node adalah "tertangkap" dan ditahan selama milidetik sebelum dikirim ke berkas HIS (HIS sistem Purkinje).
        HIS sistem Purkinje dalam ventrikel jantung. Listrik bergerak melalui sistem Purkinje-Nya untuk membuat kontrak ventrikel Anda. Listrik dari nodus AV hits berkas HIS sebelum diarahkan ke kanan dan kiri bungkusan cabang dan akhirnya ke serat Purkinje yang terletak di otot jantung. Ini merangsang ventrikel berkontraksi.

S-Sebuah simpul (node sinoatrial)
A-V node (atrioventrikular node)
Sistem Purkinje
SA node, juga disebut "alat pacu jantung alami", dari hati Anda, karena ia mengendalikan detak jantung Anda. SA node ini terbuat dari sel-sel khusus yang terletak di atrium kanan jantung. Nodus SA menciptakan listrik yang membuat jantung anda berdetak. Nodus SA biasanya menghasilkan sinyal listrik 60-100 per menit - ini adalah detak jantung Anda.







       The Electrical Pathway
LANGKAH 1. S-Sebuah simpul menciptakan sinyal listrik
LANGKAH 2. Sinyal listrik alam berikut jalur-jalur listrik melalui kedua atrium. Gerakan listrik untuk merangsang atrium kontrak, yang mendorong darah ke dalam ventrikel.
LANGKAH 3. Sinyal listrik mencapai V A-simpul. Di sana, sinyal berhenti untuk memberikan waktu untuk mengisi ventrikel dengan darah
LANGKAH 4. Sinyal listrik menyebar melalui sistem Purkinje-Nya. Gerakan listrik menyebabkan ventrikel berkontraksi dan mendorong darah ke paru-paru dan tubuh Anda.
        Nama untuk langkah-langkah di atas dikenal sebagai siklus jantung yang berlangsung selama 0,8 detik:

Atrium sistol = 0,1 detik
Ventrikel sistol = 0,3 detik
Diastol = 0,4 detik
Sistol mengacu pada kontraksi otot jantung
Diastole mengacu pada relaksasi otot jantung
        Gugup Control of the Heart
Meskipun nodus SA menetapkan irama dasar jantung, laju dan kekuatan dari pemukulan dapat dimodifikasi oleh dua pusat kendali tambahan yang terletak di medula oblongata otak.
        Satu saraf mengirimkan impuls ke gas saraf.
Lainnya saraf mengirimkan impuls ke bawah sepasang saraf vagus
Accelerator Saraf
Pedal gas saraf merupakan bagian dari cabang simpatik dari sistem saraf otonom. Mereka meningkatkan laju dan kekuatan denyut jantung dan dengan demikian meningkatkan aliran darah. Aktivasi mereka biasanya muncul dari beberapa stres seperti rasa takut atau tenaga. Dapat meningkatkan denyut jantung sampai 180 denyut per menit. Kekuatan kontraksi meningkat baik sehingga jumlah darah yang dipompa mungkin meningkat sebanyak 25-30 liter / menit.
        Saraf vagus
Saraf vagus merupakan bagian dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom. Mereka juga, lari dari medula oblongata ke jantung. Aktivitas mereka memperlambat detak jantung.
Reseptor tekanan dalam aorta dan arteri karotis mengirim impuls ke medula yang relay impuls ini kembali melalui saraf vagus ke jantung. Detak jantung dan tekanan darah berkurang.

RADIOGRAFI INTENSIFYING SCREEN (I.S)


INTENSIFYING SCREEN (I.S)
Luminesensi
Ialah istilah yang dipakai untuk menyatakan kesanggupan dari group materi yang disebut Phosphor bisa memancarkan cahaya (radiasi gelombang panjang) bila dikenai radiasi gelombang pendek (misalnya sinar X).
Ada 2 jenis dari Luminesensi
          A. Fluerosensi, adalah cahaya yang dipancarkan setelah terjadi penyerapan energi radiasi gelombang pendek, cahaya dipancarkan hanya selama adanya radiasi gelombang pendek.
          B. Phosporesensi, adalah cahaya dipancarkan setelah terjadinya penyerapan energi dari radiasi gelombang pendek, pemancaran cahaya masih diteruskan beberapa saat walaupun radiasi gelombang pendek sudah berhenti menyinarinya. Istilah ini disebut juga dengan After glow.
Kontruksi dari Intensifyng Screen terdiri dari ;
  1. Base (alas), terbuat dari Polyester
  2. Revlective Layer, terletak diantara alasnya dan eluoresent layer berwarna putih. Gunanya untuk mengarahkan sinar dari kristal phospor ke satu arah yaitu film.
  3. Phospor Layer, terdiri dari kristal-kristal kalsium wolframat.
  4. Super Coat, untuk melindungi kristal-kristal phospor dari kerusakan.
Jenis IS menurut kecepatannya
  1. Fast Screen
                Mempunyai butiran-butiran phospor yang kasar, gambaran yang dihasilkan dengan detail yang rendah, tetapi dengan hanya sedikit eksposi dapat menghitamkan film. Sehingga bisa mengurangi dosis radiasi kepada pasien.
2. Medium Screen / Standard
                Butiran phospor yang sedang menggambarkan bayangan dengan detail sedang.
3. Slow Screen
                Mempunyai butiran-butiran phospor yang kecil, sehingga menghasilkan bayangan dengan detail tinggi, memerlukan eksposi yang lebih banyak.
Faktor Intensifikasi, ialah angka yang menyatakan berapa kali eksposi (m Ag) harus diberikan bilamana pemotretan menggunakan I.S menghasilkan densitas yang sama pada sebuah film.
          Contoh :
          Bila suatu eksposi untuk menghasilkan densitas = 2 dengan tanpa I.S memakai (membutuhkan) 200 m Ag. Sedangkan dengan bantuan I.S hanya membutuhkan 20 m Ag. Jadi faktor intensifikasi untuk screen ini adalah 10.
Faktor intensifikasi tergantung dari berbagai faktor, a.l :
  1. Grain size (ukuran kristal).
                Kristal yang besar banyak menyerap radiasi, dan lebih banyak memancarkan cahaya dibandingkan kristal kecil.
2. Coating Weight
                yaitu jika jumlah kristal phospor per unit volumenya banyak, maka faktor intensifikasinya makin tinggi demikian sebaliknya.
3. Kwalitas Radiasi
                Jika menggunakan KV tinggi maka faktor intensifikasi juga akan naik.
4. Revlective Layer
                R.L dengan warna putih akan menghasilkan faktor intensifikasi yang tinggi dibandingkan dengan I.S dengan R.L diberi warna.
Keuntungan radiografi dengan menggunakan I.S
Mengurangi faktor eksposi, bila dibandingkan pemotretan tanpa I.S, pengurangan ini mempunyai efek
Keuntungannya
  1. Dosis radiasi terhadap pasien berkurang
  2. Beban kerja pesawat berkurang
  3. Memungkinkan waktu eksposi yang pendek
  4. Memungkinkan penggunaan fokus kecil
  5. Penggunaan acid dengan menambah eksposi tapi menghasilkan kwalitas gambar yang baik
  6. Kertas foto lebih baik, dibanding foto dengan menggunakan non screen film.


Kerugian
  1. Harganya mahal
  2. Artefact, adanya tanda pada foto bilamana I.S nya kotor
  3. Kabur, terutama bila I.S dengan kecepatan tinggi, sehingga detail gambar kurang tajam.
Perawatan Intensifying Screen
          Permukaan I. Screen jangan selalu disentuh
          Tidak boleh dilipat
          Kaset harus selalu ditutup
          Tidak kena percikan dari larutan kimiawi
          Harus dibersihkan secara regulair dengan menggunakan kapas dengan air hangat dan sabun yang lunak
          Disimpan pada tempat yang dingin dan kering














Pengertian Infusion Pump

1.       Fungsi Alat Infusion Pump adalah perangkat medis yang digunakan untuk memberikan cairan kedalam tubuh pasien dalam jumlah bes...